Jika kita menyebut nama Minangkabau, orang akan
terlintas dibenaknya dengan yang namanya 3R yaitu: Rendang, Rumah Gadang dan
Rumah Makan. Ada
juga yang namanya Rancak Bana yang menyebutkan kepada suatu keindahan. Ranah
(tanah..R lagi) Minang memang Rancak Bana. Saat ini atau tempo dulu masih tetap
indah dan asri. Belum ada polusi. PADANG sejak
dulunya sudah menjadi kota bisnis dan kota wisata di Hindia
Belanda. Di zaman kolonial Padang adalah kota termaju di pantai barat Sumatra.
Menjelang pergantian abad ke-19 dan abad ke-20, kota
Padang boleh dibilang relatif telah memenuhi
kriteria kota
modern. Pada masa itu di kota ini sudah ada
perusahaan asuransi, hotel, klub eksekutif dan bisnis, bioskop, grup musik, dan
surat kabar.
Kapal-kapal dari dan ke Eropa selalu singgah di pelabuhan Emmahaven (sekarang:
Teluk Bayur) yang dibangun Belanda pada tahun 1888. Penduduk Padang pada waktu
itu sudah terdiri dari berbagai suku bangsa: pribumi, Eropa, dan bangsa-bangsa Asia lainnya.
Sekarang ayo kita melihat-lihat, menghayal bagaimana
negeri Minangkabau itu tempo doeloe? Bongkar-bongkar sejarah terasa nikmat sekali.
Penuh dengan decak kagum mengingat begitu jadulnya masa tempo doeloe itu.
Tulisan kali ini saya tampilkan foto2 jadul untuk kota
Padang dulu.
Part 1.
Padang sekitar tahun 1795
Kantor Gubernur
Kantor Gubernur Sumatera Barat
Rumah Gubernur 1880
Rumah Gubernur 1883-1889
Rumah Gubernur Sumatera Barat 1910
Belantoeng Area
Belantoeng Padang tahun 1890
SMA1 – Padang (kini). Eerste lagere school –
Belantoeng 1906-1920 didirikan tahun 1917
Bangunan ini pada mulanya
merupakan sekolah Eropeesche Lagere School (ELS), yaitu sekolah yang khusus
untuk anak-anak pejabat Belanda dan anak-anak pribumi yang kaya. Bangunan ini
terletak di jalan Sudirman no 1, Padang Barat. Bangunan yang mempunyai luas
1128 m2 ini pada masa sekarang berfungsi menjadi SMAN Padang. Bangunan ini
terdiri dari tiga bangunan yaitu bangunan yang menjadi bangunan kantor yang
terletak di bagian depan bangunan, sedangkan dua bangunan lainnya yang
berfungsi sebagai tempat untuk ruang kelas berada di sisi kiri dan kanan dari
bangunan kantor.
Anak2 meluncur di Zwembat
Belantoeng 20-08-1933
Bermain rakit2an di
Zwembat Belantoeng 20-08-1933 (Familiealbum Albertine Boers)
Mesjid Raya Gantiang
Mesjid Raya Gantiang berdiri pada tahun 1815 tetapi Berdasarkan SK
Walikota, masjid ini berdiri pada tahun 1775
Mesjid Gantiang 1948
Mesjid Gantiang 1970
Kantor Balaikota
Diarsiteki oleh Thomas Karsten, selesai tahun 1936
dengan biaya F.120.000
Balai kota Padang tempo dulu 1948
Kampung Djawa 1900-1940
Menurut sejarah pasar ini merupakan pasar yang
didirikan oleh seorang kapiten Cina yang bernama Lie Saay
Societeitweg = Jln. Bagindo Aziz Chan/Gedung
Bagindo Aziz Chan
Hospitalweg = Jln. Terandam 1890
Hotel Sumatera & Hotel Oranje Padang
Hotel Sumatra di Padang 1867
Hotel Sumatra, hotel yang pertama didirikan di Padang. Lokasi Hotel
Sumatra kira-kira dekat Penjara di Berok sekarang. Bangunannya terlihat sangat
kuno terbuat dari kayu dan beratap rumbia. Taxi hotel waktu itu baru ada kereta
kuda seperti yang sedang diparkir di halaman hotel ini.
Boleh dibilang bahwa Hotel Sumatra adalah pionir
dunia perhotelan di Padang.
Pada dekade-dekade berikutnya muncul hotel-hotel lain, seperti Hotel Atjeh,
Hotel Oranje dan Hotel Kong Bie Hiang. Mungkin beberapa bangunan hotel tua yang
masih tersisa di Padang dapat dilestarikan
sebagai aset wisata sejarah kota
ini, yang rupanya pernah jaya di masa lalu.
Jalan sepanjang Hotel Aceh dan Oranje di Padang 1901
Hotel Oranje 1890
Hotel Oranje (Hotel
Muara) di Padang 1900-1940
Hotel Oranje 1930
Hotel Oranje
Kitchen room di Hotel Oranje 1935
Paviljoen Hotel Oranje 1905
Hotel Oranje
Hotel Oranje
Hotel Oranje – Ruang Baca
Kantor Pemerintahan
Kantoor Post 1910
Kantoor Post 1920
Kantoor Telekom Tahun 1910
Kantoor Telpon Padang 1920
Stasiun Pulau Aie 1905-1920
Bangunan ini didirikan pada tahun 1900 dan terletak
di jalan Pulau Air, kelurahan Palinggam, Kecamatan Padang Selatan. Bangunan yang
mempunyai luas 27,50 x 12 m2 ini memiliki pintu masuk yang berada di tengah
bangunan sehingga seolah-olah membagi bangunan menjadi dua bagian. Bagian atas
bangunan ditutupi dengan atap seng, sedangkan jendela yang terdapat
pada bangunan ini hampir keseluruhan berbentuk persegi. Dilihat dari
kesejarahannya diketahui bahwa bangunan ini dahulunya berfungsi sebagai Stasiun
Kereta Api yang menghubungkan antara Padang
sebagai pusat kota dengan Pulau Air yang
merupakan daerah yang dekat dengan kawasan Muaro (Batang Arau) pantai kota Padang. Sedangkan pada masa sekarang bangunan ini sudah tidak
berfungsi sebagai stasiun kereta api lagi, tetapi berfungsi sebagai tempat
tinggal dengan kondisi yang sangat tidak terawat. Padahal Stasiun ini mempunyai Nilai Sejarah kota Padang.
Stasiun Kereta Api Pulau Aie 1915
Stasiun Kereta Api Pulau Aie 1935
The Straat te Padang
Hiligooweg dan Pasar Ambacang/Hotel Ambacang 1910
Goeroen Retjik = Jln. Bundo Kandung/Bumi Minang
Hotel
Jalan Alang Lawas. Terlihat Pagar Central Hotel Padang. Sekarang
Kodim/Mesjid Nurul Iman – 1927
Persimpangan Alanglawas - Taman Imam Bonjol 1930
Plein van Rome Padang, Taman Imam Bonjol 1930.
Plein Van Rome yang terletak di tengah kota tepatnya terletak di sudut perpotongan antara jalan
Alang Lawas dengan jalan Societeits (societeitsweg) adalh taman kota yang paling besar
selain Michiels Plein yang terletak berdekatan dengan kantor pengadilan tinggi
dan sebuah taman yang terletak di pinggir pantai
Alang Lawasweg
Oloweg 1930
RS Tentara Padang
1890
Pasar Moedik sebelum bernama Pasa Gadang dan
kemudian berganti nama dengan
Jalan Batipuah sampai Sekarang 1930
Pasar Gadang dengan Mesjid dikiri jalan. 1895
Ampang2 Kereta Api Pasar Gadang 1935
Kampung Seberang Padang 1890
Para perantau yang pertama kali datang ke daerah Padang menetap di daerah pinggiran selatan atau sebelah
kiri Batang Arau yang sekarang dikenal dengan nama Seberang Padang. Pemukiman tersebut menurut sejarahnya
bernama “Kampuang Batuang” yang menurut catatan Belanda pada awalnya dihuni
oleh para nelayan, pembuat garam, dan para peniaga yang datang dari daerah
pedalaman Minangkabau
Gedung Pengadilan Jln. Diponegoro – 1910
Wilhelminastraat Jln. Diponegoro- Kantor Dewan Kehakiman dan Michielsmomument 1890
de Javasche Bank
De Javasche Bank dan Kantor Pemerintah di Padang
Sumatera 1895
De Javasche Bank membuka kantor cabangnya di kawasan
bisnis Muara Padang tahun 1864. Itulah kantor cabangnya pertama di luar pulau
Jawa.
De Javasche Bank di Padang 1900
Gedung De Javasche Bank yang pertama di Padang terletak di Nipa[h]laan.
Semula bangunan itu adalah gudang militer Belanda sebelum resmi digunakan oleh
De Javasche Bank mulai 29 Agustus 1864. Direkturnya yang pertama bernama A.W.
Verkouteren.
Foto bersama pegawai kantor De Javasche Bank di
Padang 1915
Tanggal 31 Maret 1921 De Javasche Bank memulai melakukan pembangunan gedung baru, arsiteknya: Hulswitt-Fermont-Cuypers Architechten & Engineeren
Beureau. Gedung baru itu mulai dipakai tahun 1925, terletak diujung jalan Nipahlaan dekat salah satu kaki Jembatan Siti Nurbaya. Setelah Indonesia merdeka, pada 1 Juli 1953 fungsi dan
operasi De Javasche Bank diambil alih oleh Bank Indonesia dan sampai sekarang masih berdiri kokoh dan tetap dimiliki oleh Bank Indonesia
Kampong Tionghoa (Chinese Camp). Dimulai dari sudut
Apotik Kinol sampai dengan Klenteng.
Saat itu transportasi umum adalah Bendi dan Pedati. No Taxi or Angkot.
Saat itu transportasi umum adalah Bendi dan Pedati. No Taxi or Angkot.
Pembangkit listrik Sungai di Kampong Durian Padang 1935
Bangunan ini didirikan pada tahun 1900 berfungsi
sebagai gedung PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap). Tetapi pada masa
sekarang sudah berubah fungsi menjadi gudang tempat peralatan listrik dan hall
olahraga. Lokasi bangunan ini terletak di jalan Koto Baru, Kelurahan Koto Baru,
Kecamatan Lubuk Begalung. Bangunan yang mempunyai luas 30 x 47,25 m2 ini merupakan
bangunan yang terdiri dari dua unit bangunan yang saling menyatu anatara yang
satu dengan yang lainnya. Kedua unit bangunan tersebut terdiri dari dua lantai
dengan atap seng. Dinding-dindingnya berupa dinding bata berlepa. Pada bagian
samping kanan dan kiri terdapat dinding segitiga yang menutup bidang segitiga
yang dibentuk oleh bagian atap. Dinding segitiga ini dibuat sedemikian rupa
sehingga memberikan keanggunan bagi tampilan dari samping kanan dan kiri
bangunan ini. Jendela di bagian depan, baik pada lantai atas maupun lantai
bawah berbentuk persegi. Sedangkan jendela di bagian belakang pada dinding luar
lantai atas berbentuk lengkung pada sisi atas. Pada bagian belakang bangunan
ini terdapat bangunan menara yang menyangga bak penampung air.
HIS Adabiah 1915
Leerlingen en onderwijzend personeel van de particuliere Hollands-Inlandse School Abadiah te Padang, opgericht door de Sarekat Oesaha, op de openingsdag
Leerlingen en onderwijzend personeel van de particuliere Hollands-Inlandse School Abadiah te Padang, opgericht door de Sarekat Oesaha, op de openingsdag
Adabiah 1916
Sekolah Swasta Belanda-Indian School: Adabiah
Foto bersama dengan MJ de Haan-de Cock Buning dan putrinya Anna Pauline 1916
Foto bersama dengan MJ de Haan-de Cock Buning dan putrinya Anna Pauline 1916
Kelas 1- Adabiahschool Padang, foto bersama dengann
MJ de Haan-de Cock Buning dan putrinya Anna Pauline 1916
MJ de Haan-de Cock Buning dan putrinya Anna Pauline 1916
SD. St. Agnes 1900
Kapel di Jalan Gereja. Dissebelahnya SD. Agnes
Gedung yang berfungsi sebagai tempat
peribadatan ini didirikan pada tahun 1903 . Bangunan ini terletak di jalan
Gereja no.32, kelurahan Belakang Tangsi, kecamatan Padang Barat serta mempunyai
luas 27,5x13,8 m2. Bangunan yang memperlihatkan gaya arsitektur Art Deco Geometrik ini
merupakan salah satu bangunan yang berada di dalam satu kompleks, bangunan lain
yang berada di dalam kompleks ini yaitu bangunan tempat penginapan para suster.
Oleh karena itu gereja ini dikatakan sebagai tempat peribadatan para suster.
Bangunan yang terkesan anggun ini banyak didominasi oleh hiasan arsitektural
dengan bentuk lengkung-lengkung yang menjulang tinggi ke atas yang terdapat
pada bagian bangunannya. Lengkung-lengkung tersebut banyak Perkembangan kota..
terdapat
pada pintu masuk gereja, jendela gereja serta pintu semu yang terdapat pada
bagian samping bangunan. Pada bagian muka gereja atau tepat di depan pintu
masuk terdapat penampil yang diatasnya didirikan sebuah bangunan yang
menyerupai miniatur bangunan gereja yang menyatu dengan bangunan gereja dengan
menempel di bagian atas dari pintu masuk bangunan. Bangunan yang menyerupai
miniatur bangunan ini berfungsi sebagai pintu gerbang menuju pintu masuk utama
bangunan.
Prinsstraat = Jln. Gereja
Toko A.H. Tuinenburg 1899
Salah satu toserba terkenal di Padang pada awal abad ke-20. Menurut
keterangan dalam berbagai iklan dari toko ini yang dimuat dalam koran-koran
yang terbit di Padang seperti Sinar Sumatra, Warta Berita,
dll., toko ini terletak di Tanah Lapang Alang Lawas (di bilangan Alang Laweh
sekarang). Pemilik toko ini bernama J. Boon Jr. Di depan toko ini kelihatan
deretan sepeda di bawah sebuah palang besi bertuliskan FONGERS RIJWIELEN yang
artinya sepeda Fongers, satu merek sepeda yang cukup terkenal pada waktu itu.
Penjara Muaro Padang
Jl. M Yamin Padang 1970.
gadis kamek yang sedang berjalan kaki dan menjinjing tas belanjaan. Mungkin ia hendak manuka ke Pasar Mambo. Ia berjalan di trotoar yang tidak begitu tinggi dari jalan dan kelihatannya cukup rapi dan tidak berlubang-lubang seperti yang banyak ditemukan di Padang sekarang. Kalau gadis ini panjang umur, mungkin sekarang dia sudah menjadi nenek dari beberapa orang cucu.
Pantai Padang
Pantai Padang 1890 – Beginilah Pantai Padang dulunya
Pantai Padang 1895 – Pasir masih menjorok ke laut - Belum Abrasi
Taman Indah di Pantai Padang 1898
Pantai Padang di Dam 1910
Strandweg = Jl. Samudra tahun 1890
Strandweg = Jln. Samudera
Toserba di Padang 1910 - Warenhuis te Padang, ter Sumatra's
Westkust
Sebuah mobil dari kantor emplacement Limau Manis
1927
Banyak menambah pengetahuan
BalasHapussayang sekali.....sekarang kebanyakan seakan hilang tak berbekas
BalasHapusOm rancak bana Informasinya, kini ambo tahu baa kampuang kito dahulunyo, tapi ambo mohon copas sebagian foto2, supayo sanak2 ambo yang bisa lo maliek Mokasih Om
BalasHapusSilahkan sanak.. .dengan senang hati.....
HapusKeren
BalasHapuskok mancaliak foto-foto lamo ko rasonyo awak ado disinan pado maso lalu
BalasHapusdari ma dapek foto-foto mode iko da?
Rasonyo awak ado disinan yo sanak. Foto iko hasil ambo hunting sadalam-dalamnyo di tropenmuseum dan kitlv. sayangnyo foto2 berharga iko ndak banyak adonyo di indonesia. itulah hebatnya kaduo tampek manyimpan dokumen dunia.
Hapus