Urang Padang Panjang di “Kick Andy” Metro TV. |
Padangpanjang
(Koran-Cyber.com) – Seniman musik dan pencipta 300an lagu anak-anak asal kota Padangpanjang,
Muhammad Jujur, Jumat (8/6/2012), pukul 21.30 Wib tampil di acara “Kick Andy”
Metro TV. Profilnya ditayangkan dan diperbincangkan oleh presenter kondang Andy
F. Noya.
Metro TV secara
khusus mengangkat profilnya terkait semakin langkanya lagu anak-anak di jagat
musik dan pertelevisian nasional. Sebagai televisi edukasi, Metro TV menjadi
rujukan banyak orang dan salah satu program favoritnya adalah Kick Andy.
Pekan lalu, kru Kick Andy telah mendatangi Muhammad Jujur
di kediamannya di Kelurahan Tanah Pak Lambiak Padangpanjang dan melakukan
pengambilan gambar. Dua hari kemudian, Muhammad Jujur diundang ke studio Metro
TV di Jakarta. Disaksikan 300an penonton dari berbagai kalangan, Muhammad Jujur
tampil dan mengajak orang-orang dewasa untuk peduli terhadap lagu anak-anak
yang semakin langka.
“Saya prihatin, televisi-televisi nasional hari ini tidak
lagi menayangkan lagu anak-anak. Kalaupun ada porsinya sangat kecil, dan yang
lebih parah anak-anak dipaksa untuk menyanyikan lagu-lagu dewasa yang nada dan
liriknya tidak sesusai dengan usia mereka,” ujarnya.
Atas rasa tanggung jawab itu, sejak belasan tahun lalu
Muhammad Jujur bertekad menulis lagu anak-anak dan mengajak anak-anak Indonesia untuk
kembali pulang “ke rumahnya”, rumah dunia anak-anak. Sehingga ia bersama
kawan-kawannya di Padangpanjang membentuk “Sanggar Dunia Kita” yang didalamnya
melatih anak-anak bernyanyi.
Atas kesempatan yang diberikan Metro TV itu, dan berkat
perjuangannya mengembalikan kejayaan lagu anak-anak Indonesia, sebuah
perusahaan rekaman Nasional “Nagaswara Record” tertarik untuk mengalbumkan
sejumlah lagu anak-anak ciptaannya. Dan, itu sungguh berkah yang luar biasa
baginya.
“Alhamdulillah, saya berterima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu mewujudkan mimpi saya, dan semoga cita-cita kita bersama
diridhai oleh Allah SWT,” ujarnya.
Keseharian Muhammad Jujur adalah sosok yang sederhana. Dia
tinggal di rumah seorang kerabat dan membantu memasarkan gorengan dan penganan
untuk anak-anak sekolah. Meski demikian, di tengah rutinitasnya itu, dia masih
menyempatkan mengarang lagu dan melatih anak-anak disekitarnya bernyanyi dan
bermain musik.
Tak banyak yang tahu, Muhammad Jujur adalah putra ketiga
koreografer Minang yang sangat terkenal di masanya, yaitu Hoerijah Adam
(almarhumah). Dia juga cucu ulama Padangpanjang, Syech Adam BB yang dikenal
sangat menentang penjajahan Belanda di bumi Minangkabau. Kakek dan ibunya itu
berdarah seni dan hingga sekarang darah seni itu mengalir deras di tubuhnya.
Siapa sebenarnya
Muhammad Jujur?
Gubernur Sumatera Barat Prof. Dr. H. Irwan Prayitno, P.Si, M.Si. |
Dia adalah putra ketiga HOERIJAH ADAM,
koreografer perempuan Minangkabau yang pertama kali mengubah orientasi Tari
Minangkabau pada tahun 1968-1971, yang sebelumnya berasaskan pada gerak Tari
Melayu kepada gerak yang berasaskan pencak (silat) Minangkabau.
Hoerijah Adam, ibunya itu, meninggal dunia bersama puluhan
penumpang lainnya di dalam pesawat Merpati PCMVS tipe 828 tahun 1971 di kawasan
laut Painan, Pesisir Selatan, Sumatra Barat. Seluruh penumpang pesawat itu
tidak meninggalkan jejak, hanya menyisakan puing-puing kapal berserak di
permukaan laut. Sejak itu Minangkabau kehilangan tokoh koreografer legendaris
yang gerak dan tarinya menginspirasi dan mengharumkan nama Indonesia,
khususnya Sumatra Barat.
Mewarisi darah kedua orangtuanya yang seniman, Muhammad
Jujur sejak kecil mahir bermain gitar. Saat ini ia telah menciptakan 300-an
lagu anak-anak yang sebagiannya telah dibuatkan videoklip dengan amat sederhana
dan dibagi-bagikan percuma di lingkungan masyarakat di Kota Padangpanjang.
Dia juga pernah mendapat dukungan dari pencipta lagu
anak-anak legendaries AT Mahmud (alm.) dan Surtantio (putra Bu Kasur) untuk
menasionalkan karya-karyanya. Juga ia sangat dekat dengan keluarga mantan
Presiden RI Soekarno khususnya keluarga Sukmawati Soekarno Putri.
Muhammad Jujur sempat hijrah meninggalkan kampung
halamannya kota Padangpanjang lebih 30 tahun
untuk mencari kehidupan yang lebih baik di sejumlah kota
di Indonesia, hingga
akhirnya ia kembali pulang ke Padangpanjang kota Serambi Mekah yang berhawa sejuk di kaki
Gunung Singgalang. Hidupnya sederhana, dan sekarang ia bekerja memasarkan
gorengan bakwan ke beberapa sekolah di kota
tempat tinggalnya. Di sela aktivitasnya itu, ia sempatkan secara rutin melatih
anak-anak di sekitar rumahnya bernyanyi dan bermain musik.
Atas perhatian beberapa orangtua dari anak-anak yang
dilatihnya itu, dibuatlah videoklip dengan perangkat sederhana namun cukup
profesional hasilnya. Ia bercita-cita, kelak, yang entah kapan masanya,
orang-orang dewasa di dunia pertelevisian kita dapat mengembalikan dunia
anak-anak yang mulai hilang seiring hilangnya lagu anak-anak yang nyaris tak
lagi ditemukan di layar kaca.
Atas dedikasinya di dunia musik anak-anak, Persatuan
Pewarta Warga Indonesia (PPWI) Nasional dalam acara Seminar Internasional Guru
di Padang Panjang 2010 lalu pernah memberikan Piagam Penghargaan kepada
Muhammad Jujur yang diserahkan oleh Gubernur Sumatera Barat Prof. Dr. H. Irwan
Prayitno, P.Si, M.Si. Beberapa lagu ciptanya telah beredar di tengah masyarakat
Indonesia, khususnya album bersama diantaranya berjudul: Kembalikan Dunia Kami,
Lagu-lagu TK Tema Juara Porseni Nasional, Senam Irama Ceria 2, Musik Cilik
Musiknya Anak-anak, dan Dendang 12 Anak Minang.
Di akhir tahun 2011 lalu, Balai Teknologi Komunikasi
Pendidikan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Provinsi Sumatera Barat
menggarap Drama Musikal Anak (Empat Episode) dalam bentuk DVD yang didalamnya
dinyanyikan lima judul lagu ciptaannya, yaitu: Kawasan Dilarang Bohong,
Pemberani, Maafkan Kakak, Coba Lagi, dan Dag-dig-dug.
Di usianya yang telah memasuki kepala lima, cita-citanya sangat sederhana, yaitu
ingin mengembalikan dunia anak-anak dengan lagu-lagu yang bermoral dan mendidik
mental anak serta mengandung nilai-nilai pendidikan agama di dalamnya.
Salah-satu lagu ciptaannya berjudul Kembalikan Dunia Kami mencerminkan
semangatnya itu:
Mari bernyanyi
bersama
Dalam dunia kita
Tepuk tangan
bergembira
Lagu yang sederhana
Kita belum dewasa
Jangan sampai
terpaksa
Meniru, bukanlah
sifatmu
Berbanggalah, semua
Dunia kita berbeda
Duniaku, adalah
milikku.
Itulah Muhammad Jujur. Dia mencoba memanggil anak-anak Indonesia untuk
pulang kembali ke rumahnya setelah sekian lama menginap di dunia orang dewasa
idolanya itu yang ternyata tidak mengacuhkan mereka bahkan telah menjadikan
anak-anak yang dieksploitasi dengan sangat keji sebagai tontonan saja, ibarat
“atraksi badut” yang menghibur dan mengisi waktu luang mereka.
Sementara orangtua khususnya para pengelola program
televisi meraup keuntungan besar dalam pundi-pundi uang milik mereka. Semoga
saja, dakwahnya itu tak pernah kenal henti dan semakin berarti.
Semoga Sukses, Om Muhammad Jujur....!!!!
Source:
Keterangan Foto ke 2:
Gubernur Sumatra Barat Prof. Dr. H.
Irwan Prayitno, P.Si, M.Si., memberikan Piagam Penghargaan kepada Muhammad
Jujur atas dedikasinya di dunia musik anak-anak. Pemberian penghargaan
diprakarsai oleh Persatuan Pewarta Warga Indonesia (PPWI) Nasional Cabang Padangpanjang
dalam acara Seminar Internasional Guru di Padangpanjang 2010 lalu. (Foto:
Istimewa)